JAKARTA – Salah satu Universitas Tiongkok mendapat sorotan karena dianggap tidak etis karena meminta mahasiswi yang mengambil cuti saat sedang “red day”.
Ia diminta untuk menurunkan celananya sebagai bukti bahwa benar mahasiswa tersebut tengah menstruasi.
Dilansir dari South China Morning Post, Selasa (3/6/2025), sebuah institut Gengdan
yang bermitra dengan Universitas Teknologi Beijing sebuah peraturan yang tidak etis dalam memberikan surat izin kepada mahasiswinya yang sedang menstruasi.
Peraturan ini dikemukakan oleh salah satu mahasiswi melalui postingan videonya di media sosial pada saat 15 Mei 2025 dan menjadi viral.
Saat itu ia diminta oleh staff yang bertugas menjaga klinik untuk menurunkan celana sebagai bukti bahwa benar mahasiswi tersebut sedang mengalami menstruasi.
Kampus Ini Diduga Lecehkan Mahasiswi yang Izin Cuti karena Menstruasi
“Jadi maksudmu, setiap perempuan yang sedang menstruasi harus melepas celananya dan menunjukkannya kepadamu untuk mendapatkan surat cuti?” ujar mahasiswi dalam postingan video tersebut
“Pada dasarnya, ya. Itu bukan aturan pribadi saya, itu adalah peraturan,” jawab staff yang menjaga klinik tersebut
Merasa aneh dengan peraturan tersebut, kemudian mahasiswi itu meminta bukti tertulis untuk membuktikan bahwa benar adanya peraturan tersebut ada,
tetapi staff itu tetap tidak mengeluarkan surat izin cuti sebelum membawa mahasiswi tersebut ke rumah sakit untuk membuktikan bahwa mahasiswi itu benar sedang menstruasi.
Pada hari selanjutnya, pihak kampus pun memberikan klarifikasi bahwa staff tersebut sudah menjalankan tugasnya sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
Peraturan ini diberlakukan karena ada beberapa mahasiswi yang menyalahgunakan izin cuti menstruasi dalam sebulan mencapai empat hingga lima kali.
“Menurut penyelidikan kami, staf klinik mengikuti protokol yang tepat.
Mereka menanyakan kondisi fisik mahasiswa tersebut dan, setelah memperoleh persetujuannya, melanjutkan dengan diagnosis lebih lanjut.
Tidak ada instrumen atau pemeriksaan fisik yang digunakan,” kata universitas tersebut.
“Sepengetahuan saya, peraturan ini diberlakukan karena beberapa siswi berulang kali mengaku sedang menstruasi untuk meminta cuti sakit.
Seorang siswi bahkan meminta cuti empat atau lima kali dalam satu bulan.
Jadi, sekolah punya alasan untuk memberlakukan kebijakan ini,” ungkap staff yang bermarga Xu itu.
Kemudian mahasiswi itu pun mengunggah video kembali setelah melakukan dokumentasi untuk keperluan izin cuti menstruasinya dan ia tetap meminta bukti mengenai peraturan tersebut ditulis.
“Saya hanya meminta kebijakan yang masuk akal dan penuh rasa hormat tentang bagaimana perempuan dapat meminta cuti selama masa menstruasi,
jika kampus benar-benar memiliki aturan tertulis yang mengharuskan siswi menunjukkan darah menstruasi kepada dokter perempuan agar memenuhi syarat cuti sakit, saya akan menghapus video saya.
Namun jika tidak ada aturan seperti itu, saya tidak akan mundur,” ungkapnya
Zhang Yongquan, seorang mantan Jaksa memberikan pendapatnya mengenai permasalahan ini kepada South Morning China Post
bahwa hal ini melanggar Pasal 1011 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan Pasal 20 Undang-Undang tentang Perlindungan Hak dan Kepentingan Perempuan, melanggar hak privasi dan terkesan merendahkan mahasiswi.
“Pendekatan ini jelas-jelas merupakan pelanggaran privasi siswa dan penghinaan serius terhadap martabat pribadi mereka, meskipun tidak ada instrumen medis yang digunakan.
Hal ini mencerminkan ketidakpercayaan mendasar terhadap siswa dan gagal sejalan dengan nilai-nilai inti yang seharusnya dijunjung tinggi oleh sistem pendidikan kita,” jelasnya
“Tindakan semacam itu merupakan perlakuan yang merendahkan martabat dan dapat menyebabkan tekanan mental yang signifikan atau kerusakan psikologis jangka panjang.
Pihak sekolah harus bertanggung jawab melalui permintaan maaf kepada publik, kompensasi atas kerugian emosional, dan sanksi administratif yang dijatuhkan oleh otoritas pendidikan,” tambahnya.
Tentu saja peraturan yang tidak masuk akal ini menuai beragam reaksi masyarakat Tiongkok.
“Jadi, jika saya diare, apakah saya perlu buang air besar di depan dokter sekolah untuk mendapatkan izin?” tanya seorang warganet.
“Mengambil cuti sakit empat atau lima kali sebulan karena nyeri haid adalah hal yang wajar.
Selama fase kelelahan kronis, saya mengalami menstruasi selama 50 hari berturut-turut,” kata warganet lainnya.
44yn56
2wbw18
csfi4d
ij37q1
errjmf
weuqyj
8c4v2p
vzf5s4
512nn3
xmtjyb
cd56jk
j4q7m5
ns4905